Ungkapan Romantis yang Sesungguhnya
Aku sebenarnya bukan lelaki yang romantis,aku tahu kamu pasti marah padaku karena aku tak pernah mengungkapkan kata-kata romantis seperti dulu. Ketika aku menggaetmu. Mungkin ada gunanya ketika pesan-pesan yang kurangkai dengan memeras otak itu masih tetap kamu simpan, hingga kini dikartu memori hapemu.Terkadang aku malu ketika kamu menunjukkan pesan-pesan itu, karena itu bukan aku yang sesungguhnya. Aku tahu kalau kamu merindukan aku yang seromantis dulu. Tapi tahukah kamu? Banyak buku puisi yang harus kulahap terlebih dahulu untuk merangkai kata seindah itu. Kamu tentu tahu bahwa aku adalah lelaki yang pendiam. Aku ingin kamu mengerti itu.
Semakin kamu meminta aku untuk seromantis dulu rasanya aku ingin mati saja. Karena aku tahu itu bukan diriku. Inilah aku apa adanya. Aku tidak ingin seperti dulu. Kini kita memang harus memaknai arti kata romantis dengan cara yang berbeda.
Bagiku, aku sudah cukup romantis ketika aku memandang kedua bola matamu dalam-dalam sehingga engkau tersipu. Aku merasa itulah caraku mengungkapkan betapa aku lebih mencintaimu sekarang ini dari sekedar pesan pesan indah yang selalu ku kirimkan ketika engkau akan tidur, dulu.
Sayang, maaf kalau aku tak seperti dulu. Aku sebetulnya bisa membuat rangkaian kata gombal yang membuatmu terbang. Tapi aku merasa itu malah membodohimu. Aku tak mau dianggap beruntung mendapatkanmu karena pesan pesan indah itu. Aku ingin buktikan bahwa aku mendapatkan cintamu bukan karena pesan-pesan indah itu yang hampir tiap malam kau pandangi itu. Seolah kau merindukan sosok lain dalam diriku. Padahal aku sekarang sudah dekat denganmu.
Sayangku. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin aku harus beli buku puisi baru untuk melanjutkan tulisan ini.
Selamat ulang tahun sayangku. Terimakasih sudah sabar menjadi pelita di relung hatiku.
Jangan pernah bosan ngomel ketika kamu harus selalu merapihkan meja kerjaku. Jangan pernah berhenti memarahiku jika aku lupa mengisi air di bak kamar mandi setelah selesai ku gunakan. Jangan pernah diam ketika aku lupa mencuci botol susu anak kita. Karena suaramu, amarahmu menjadi semangat hidupku. Karena itulah caraku mencintaimu kini.
Selamat ulang tahun sayangku. Betapa bodohnya aku hingga harus selalu bertanya kado apa yang ingin kamu minta setiap ulang tahunmu. Aku tahu jawabanmu pasti sesuatu yang belum bisa aku wujudkan. Tapi kamu tak pernah marah ketika yang kubawakan ternyata hanya sebatang cokelat murahan yang kita nikmati bersama dimalam ulang tahunmu ditemani sebotol teh manis.
Terimakasih karena engkau dengan sabar telah memberikan keturunan. Terimakasih engkau mau menerima kondisiku yang terganggu kesuburannya karena terlalu banyak berkendara dengan menggunakan sepeda motor. Dua tahun lamanya engkau menunggu.
Terimakasih atas segala kesabaranmu mendampingiku. Aku terlalu bodoh untuk merangkai kata untukmu kembali.
Aku sebenarnya bukan lelaki yang romantis,aku tahu kamu pasti marah padaku karena aku tak pernah mengungkapkan kata-kata romantis seperti dulu. Ketika aku menggaetmu. Mungkin ada gunanya ketika pesan-pesan yang kurangkai dengan memeras otak itu masih tetap kamu simpan, hingga kini dikartu memori hapemu.Terkadang aku malu ketika kamu menunjukkan pesan-pesan itu, karena itu bukan aku yang sesungguhnya. Aku tahu kalau kamu merindukan aku yang seromantis dulu. Tapi tahukah kamu? Banyak buku puisi yang harus kulahap terlebih dahulu untuk merangkai kata seindah itu. Kamu tentu tahu bahwa aku adalah lelaki yang pendiam. Aku ingin kamu mengerti itu.
Semakin kamu meminta aku untuk seromantis dulu rasanya aku ingin mati saja. Karena aku tahu itu bukan diriku. Inilah aku apa adanya. Aku tidak ingin seperti dulu. Kini kita memang harus memaknai arti kata romantis dengan cara yang berbeda.
Bagiku, aku sudah cukup romantis ketika aku memandang kedua bola matamu dalam-dalam sehingga engkau tersipu. Aku merasa itulah caraku mengungkapkan betapa aku lebih mencintaimu sekarang ini dari sekedar pesan pesan indah yang selalu ku kirimkan ketika engkau akan tidur, dulu.
Sayang, maaf kalau aku tak seperti dulu. Aku sebetulnya bisa membuat rangkaian kata gombal yang membuatmu terbang. Tapi aku merasa itu malah membodohimu. Aku tak mau dianggap beruntung mendapatkanmu karena pesan pesan indah itu. Aku ingin buktikan bahwa aku mendapatkan cintamu bukan karena pesan-pesan indah itu yang hampir tiap malam kau pandangi itu. Seolah kau merindukan sosok lain dalam diriku. Padahal aku sekarang sudah dekat denganmu.
Sayangku. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin aku harus beli buku puisi baru untuk melanjutkan tulisan ini.
Selamat ulang tahun sayangku. Terimakasih sudah sabar menjadi pelita di relung hatiku.
Jangan pernah bosan ngomel ketika kamu harus selalu merapihkan meja kerjaku. Jangan pernah berhenti memarahiku jika aku lupa mengisi air di bak kamar mandi setelah selesai ku gunakan. Jangan pernah diam ketika aku lupa mencuci botol susu anak kita. Karena suaramu, amarahmu menjadi semangat hidupku. Karena itulah caraku mencintaimu kini.
Selamat ulang tahun sayangku. Betapa bodohnya aku hingga harus selalu bertanya kado apa yang ingin kamu minta setiap ulang tahunmu. Aku tahu jawabanmu pasti sesuatu yang belum bisa aku wujudkan. Tapi kamu tak pernah marah ketika yang kubawakan ternyata hanya sebatang cokelat murahan yang kita nikmati bersama dimalam ulang tahunmu ditemani sebotol teh manis.
Terimakasih karena engkau dengan sabar telah memberikan keturunan. Terimakasih engkau mau menerima kondisiku yang terganggu kesuburannya karena terlalu banyak berkendara dengan menggunakan sepeda motor. Dua tahun lamanya engkau menunggu.
Terimakasih atas segala kesabaranmu mendampingiku. Aku terlalu bodoh untuk merangkai kata untukmu kembali.